Hasil Analisis Ujian Terbuka Promosi Doktor Pandu Pramudita
Pada tanggal 14 maret 2023 kemarin, pak Pandu Pramudita dosen DKV unindra telah mengikuti ujian terbuka promosi doktor di ISI Surakarta. Pada penelitian nya beliau menggunakan metode fenomenologi dengan lokus penelitian material figur kayon gaya surakarta, yang didukung dengan data oral dari informan penelitian. Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah kesenian wayang kulit tidak hanya memiliki nilai adi luhung pada aspek pertunjukan dan sastra, tapi juga pada aspek bentuknya.
Dalam penelitian nya, beliau menyebutkan 3 kerangka konseptual. Kerangka konseptual yang pertama yaitu inovasi figur kayon tampak pada keragaman bentuk figur kayon yang dilihat dari aspek bidang dan isiannya, kerangka konseptual ini menggunakan pendekatan seni rupa dan teori ikonografi. Kerangka konseptual yang kedua yaitu inovasi bentuk figur kayon terjadi karena adanya proses kreatif yang dilakukan secara dialektis oleh seniman wayang dari pengalamannya terhadap bentuk-bentuk figur kayon sebelumnya, kerangka ini menggunakan pendekatan sosiologis dan teori dialektika.
Kerangka konseptual yang terakhir yaitu nilai filosofis figur kayon berada pada simbolitas unsur-unsur pembentuknya yang ditemukan pada setiap figur kayon meski memiliki ragam bentuk dari hasil inovasi, kerangka konseptual ini menggunakan pendekatan antropologi, dan teori utama estetika jawa serta didukung dengan teori simbol dan estetika paradoks. Dalam penelitian nya, Pak Pandu menjelaskan bahwa figur kayon menjadi beragam dari masa ke masa. Figur kayon pertama diciptakan oleh sunan kalijaga pada 1443 tahun saka atau pada 1522 masehi dengan sengkalan yang berbunyi "geni dadi sucining jagat". Lalu pada tahun 1659 tahun saka atau 1739 masehi, Sri Susuhunan Paku Buwono II membuat figur kayon baru dengan sengkalan "gapura lima retuning bumi". Kemudian pada tahun 1856 masehi, terdapat figur kayon gapuran yang sekarang tersimpan di museum belanda. Figur kayon memiliki banyak macam, pada penelitian ini disebutkan bahwa kayon memiliki 97 ragam isian, 14 ragam tatahan, 3 ragam sunggingan, 2 ragam sunggingan belakang, dan 3 ragam raut bidang juga memiliki berbagai macam ukuran yaitu tinggi sekitar 75 cm sampai 99 cm dan lebar 38 cm hingga 59 cm. Simpulan pada penelitian milik Pak Pandu ini diantaranya inovasi bentuk figur kayon wayang kulit purwa gaya surakarta memunculkan ragam bentuk figur yang memiliki estetikanya yang disebut dengan wanda kayon. Inovasi bentuk figur kayon pada wayang kulit purwa gaya surakarta terjadu karena seniman mengalami pengalaman estetis dan pengalaman artistik sehingga memunculkan dialektika bentuk figur kayon. Nilai filosofis pada bentuk figur kayon wayang kulit purwa gaya surakarta merupakan pandangan manusia terhadap dunia yang disebut dengan kosmologi, yang terdiri dari 3 bentuk yaitu makrokosmos, mikrokosmos, dan metakosmos.
Menurut saya penilitian dari Pak Pandu ini dibuat dengan sangat detail. Kita jadi bisa tahu bahwa figur kayon ini bukan hanya suatu pelengkap saja dalam pewayangan tetapi memiliki makna dan mengandung filosofis yang dalam. Kita jadi bisa lebih tau bahwa figur kayon ini memiliki jenis yang beragam. Penelitian ini dapat mengingatkan kita bahwa kita memiliki warisan budaya yang kaya dan harus kita jaga eksistensi nya, apalagi pada zaman sekarang banyak budaya luar yang masuk dan berpotensi menghilangkan budaya kita sendiri.